
JAKARTA - Pada tahun 2025 ini, aktivitas penerbitan obligasi oleh perusahaan pembiayaan (multifinance) diperkirakan tidak akan surut hingga akhir tahun.
Berbagai faktor, mulai dari kebutuhan pendanaan yang masih tinggi hingga kondisi pasar yang cukup mendukung, menjadi alasan mengapa penerbitan surat utang korporasi di sektor multifinance masih sangat prospektif.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst dari PEFINDO, menyampaikan bahwa meskipun pasar modal saat ini sedang dinamis, tren penerbitan obligasi multifinance pada kuartal IV tahun 2025 tetap menunjukkan tanda-tanda positif.
Baca Juga
Menurutnya, sektor multifinance merupakan salah satu kontributor terbesar penerbitan surat utang di Indonesia secara historis.
“Data hingga kuartal III-2025 menunjukkan adanya peningkatan nilai penerbitan obligasi yang signifikan,” ujar Ahmad.
Kondisi ini tidak terlepas dari dorongan internal perusahaan pembiayaan itu sendiri yang membutuhkan suntikan dana untuk mengembangkan usaha sekaligus melakukan refinancing atas surat utang yang jatuh tempo.
Kebutuhan Pendanaan Ekspansi dan Refinancing
Perusahaan multifinance terus menunjukkan pertumbuhan piutang pembiayaan yang positif. Hal ini mendorong mereka untuk menggalang sumber dana eksternal yang lebih besar guna memenuhi kebutuhan ekspansi penyaluran kredit baru. Penerbitan obligasi menjadi salah satu solusi pendanaan yang dianggap efisien oleh pelaku industri.
“Selain digunakan untuk modal kerja, penerbitan obligasi juga banyak dipakai untuk refinancing surat utang yang akan jatuh tempo,” jelas Ahmad.
Dalam catatan PEFINDO, nilai surat utang multifinance yang akan jatuh tempo pada kuartal IV-2025 mencapai Rp6,58 triliun. Angka ini menjadi salah satu pendorong kuat bagi perusahaan pembiayaan untuk aktif menerbitkan surat utang baru agar dapat melunasi kewajiban lama sekaligus menambah modal kerja.
Hingga akhir September 2025, PEFINDO mencatat telah menerima mandat penerbitan obligasi dari empat perusahaan multifinance dengan total rencana penerbitan mencapai Rp11,70 triliun. Ini menunjukkan minat yang tinggi dari perusahaan multifinance untuk memanfaatkan pasar surat utang sebagai sumber pendanaan.
Dukungan dari Tren Penurunan Suku Bunga
Tren penurunan suku bunga acuan memberikan katalis positif bagi penerbitan surat utang korporasi, khususnya di sektor multifinance.
Menurut Ahmad, penurunan suku bunga ini memungkinkan perusahaan pembiayaan memperoleh dana dengan biaya lebih murah, sehingga meningkatkan efisiensi keuangan.
“Kami masih melihat peluang suku bunga akan turun lebih lanjut, sehingga hal ini akan semakin mendukung efisiensi biaya pendanaan,” jelas Ahmad.
Suku bunga yang lebih rendah membuat penerbitan obligasi semakin menarik sebagai pilihan pendanaan dibandingkan opsi lain, seperti pinjaman bank yang cenderung lebih mahal.
Biaya dana yang lebih rendah juga membantu perusahaan multifinance mengelola beban keuangan mereka dengan lebih baik, sekaligus menjaga profitabilitas usaha.
Tantangan Daya Beli dan Proyeksi Pemulihan Pembiayaan
Meski prospek penerbitan obligasi terlihat menjanjikan, sektor multifinance tidak terlepas dari tantangan, terutama lemahnya daya beli masyarakat yang berdampak pada permintaan pembiayaan.
Namun, Ahmad optimistis dengan tren penurunan suku bunga yang sedang berlangsung, permintaan pembiayaan akan mulai pulih secara bertahap.
“Memang pembiayaan masih lesu saat ini, tetapi dengan penurunan suku bunga, arah pergerakannya mulai berbalik menguat,” ujar Ahmad.
Pemulihan pembiayaan ini akan berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan perusahaan pembiayaan, sehingga mendorong mereka untuk terus aktif melakukan penerbitan obligasi guna mendukung ekspansi usaha.
Dengan demikian, aktivitas pasar surat utang multifinance diperkirakan akan tetap dinamis sepanjang sisa tahun 2025.
Surat Utang sebagai Alternatif Pendanaan Strategis
Dalam menghadapi dinamika kebutuhan modal dan kondisi pasar, penerbitan surat utang korporasi menjadi alternatif pendanaan yang penting bagi perusahaan multifinance.
Selain sebagai diversifikasi sumber dana, obligasi menawarkan solusi pendanaan jangka menengah hingga panjang dengan biaya yang relatif kompetitif.
“Pendanaan melalui surat utang berperan penting sebagai diversifikasi sumber dana dan menjadi pilihan strategis selain pinjaman bank,” jelas Ahmad.
Perusahaan multifinance yang berhasil memanfaatkan pasar obligasi dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif karena mampu mengelola struktur pendanaan mereka dengan lebih efisien. Ini juga akan mendukung keberlangsungan usaha sekaligus meningkatkan daya tarik investasi dari para investor.
Prospek Cerah hingga Akhir Tahun
Secara keseluruhan, aktivitas penerbitan obligasi oleh multifinance diperkirakan akan tetap bergairah hingga akhir tahun 2025.
Kebutuhan pendanaan yang besar untuk ekspansi dan refinancing, didukung oleh tren penurunan suku bunga serta prospek pemulihan permintaan pembiayaan, menjadi faktor pendorong utama.
Dengan pasar surat utang yang kondusif dan peluang efisiensi biaya dana, perusahaan pembiayaan dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi keuangan mereka. Tren ini menunjukkan bahwa obligasi multifinance tetap menjadi instrumen penting dalam sistem pembiayaan di Indonesia.
Optimisme di sektor multifinance juga memberikan sinyal positif bagi perekonomian, mengingat peran penting pembiayaan dalam mendukung berbagai sektor usaha yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Xavier Marks Dorong Perluasan Pasar Properti Indonesia
- 09 Oktober 2025
2.
Lelang Merchandise MotoGP Mandalika Hasilkan Rp63 Juta
- 09 Oktober 2025
3.
Optimisme Penerbitan Obligasi Multifinance Hingga Akhir Tahun
- 09 Oktober 2025
4.
Rupiah Bergerak Dinamis, Peluang Penguatan Masih Terbuka
- 09 Oktober 2025